ANALISIS
PUISI-PUISI “IBU” PADA BUKU KUMPULAN
PUISI MELIHAT API BEKERJA KARYA M
AAN MASNYUR MENGGUNAKAN PENDEKATAN HERMENEUTIK
Aprilia Larasati
Abstrak
Artikel ini menganalisis dua puisi dengan topik “ibu”
yang berjudul “Mengingat Pesan Ibu” dan “Pulang ke Dapur Ibu” pada buku Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja karya
M Aan Mansyur. Analisis dilakukan dengan fokus kajian hermeneutik dengan tujuan
memeperoleh makna dari puisi-puisi tersebut. Metode yang digunakan adalah
analisis isi. Hasil kajian terhadap puisi tersebut menunjukkan bahwa kedua
puisi tersebut sama-sama menyatakan bahwa sosok ibu yang selalu dibutuhkan,
baik sebagai penasihat maupun sebagai seorang yang memberi kebahagiaan, bahkan
di saat anak itu sudah tidak lagi sebagai anak-anak.
Kata kunci: hermeneutik,
kajian puisi, M Aan Mansyur
PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan cerminan dari berbagai peristiwa
yang terjadi di masyarakat. Keberadaannya sangat penting, selain sebagai hiburan,
sebagian orang menganggap karya sastra sebagai sebuah kebutuhan. Untuk memahami
karya sastra, diperlukan pendekatan untuk mengkajinya. Ada empat pendekatan
tradisional yang dikemukakan oleh M.H. Abrams dalam bukunya yang berjudul The Mirror and the Lamp, yaitu
pendekatan objektif, mimetik, ekspresif, dan tagmemik. Dari keempat pendekatan
tersebut, kemudian berkembang berbagai pendekatan karya sastra modern.
Terdapat berbagai bentuk karya sastra,
yaitu drama, prosa, dan puisi. Puisi merupakan karya sastra yang sangat dekat
dengan masyarakat. Karena puisi menjangkau semua lapisan masyarakat tanpa
mengenal kasta, budaya, dan kelas sosial. Puisi juga dapat dijumpai di berbagai
media, baik dalam jaringan maupun luar jaringan.
Menurut E. Kosasih (2008: 31), “Puisi
adalah bentuk karya sastra yang tersaji secara monolog, menggunakan kata-kata
indah dan kaya akan makna”. Aminuddin (2002:110) berpendapat, dalam upaya
memahami teks sastra, terutama puisi, kesulitan yang biasa muncul adalah dalam
upaya memahami maknanya. Karena puisi bukan sekadar deretan kata yang tidak
bermakna. Lebih dari itu, kata-kata merupakan jembatan bagi penyair untuk
menyampaikan maksudnya yang dapat ditafsirkan dari kacamata pembaca. Penafsiran
ini bisa berbeda antara satu pembaca dengan pembaca lainnya. Hal ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pengalaman berpikir
pembaca yang terbentuk menjadi sebuah pemahaman terhadap karya sastra.
Waluyo (1978:28)
mengatakan, “Karya sastra puisi mempunyai struktur yang berbeda dengan bentuk
prosa”. Dalam sebuah puisi, terdapat empat unsur wajib yang disebut dengan
hakikat puisi. Keempat unsur itu ialah tema (gagasan pokok / ide pokok), amanat
(pesan dari penyair kepada pembaca), nada (sikap penyair kepada pembaca) dan
perasaan (ekspresi penyair yang terungkap dalam puisinya).
Puisi yang akan dikaji adalah dua puisi dengan
topik “ibu” yang berjudul “Mengingat Pesan Ibu” dan “Pulang ke Dapur Ibu” pada
buku Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja karya
M Aan Mansyur. Topik “ibu” banyak digunakan dalam buku tersebut. Untuk
mengetahui makna dari “ibu” dalam puisi-puisi tersebut, maka pendeketan yang
cocok digunakan adalah pendekatan hermeneutik.
Menurut Endraswara (2013: 66),
“Hermeneutik adalah penafsiran atau totalitas karya sastra”. Hermeneutik
(penafsiran), juga dapat diartikan sebagai makna yang hendak disampaikan
penyair secara tersembunyi yang menimbulkan tanda tanya bagi pembacanya. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa hermeneutik adalah suatu pendekatan karya sastra yang
dilakukan dengan cara menafsirkan makna-makna yang ada di dalam sebuh karya
sastra, baik makna yang tersirat maupun yang tersurat.
METODE
Dalam artikel ini, dua puisi pada buku Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja
karya M Aan Mansyur akan dianalisis maknanya dengan pendekatan hermeneutik.
Dalam pendekatan ini, karya sastra dipandang sebagai sesuatu seni yang memiliki
makna yang dapat terdapat dalam simbol-simbol. Dalam hal ini, simbol-simbol
yang terdapat di dalam suatu puisi bisa berupa tanda-tanda dan/atau rangkaian
kata. Richard
e Palmer (1969: 3) berpendapat bahwa, “Hermeneutik dapat diartikan sebagai proses
mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti”.
Agar dapat memahami sebuah puisi, ada
beberapa langkah yang harus diambil. Langkah-langkah tersebut adalah:
1.
Menganalisis puisi
berdasarkan hakikat puisi dan unsur intrinsiknya menggunakan pendekatan
struktural.
2.
Kemudian puisi
dimaknai secara langsung.
3.
Setalah itu, perlu
dilakukan pembacaan berulang-ulang dan pemaknaan yang lebih mendalam untuk
dapat menjelaskan arti implisit dari sebuah puisi.
4.
Selanjutnya,
pemaknaan simbol-simbol dengan hal-hal yang bersifat referensial menyangkut
proses kreatif seniman dan faktor-faktor yang berkaitan dengannya.
5.
Penyimpulan makna.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kajian
Puisi “Mengingat Pesan Ibu” Karya M Aan Mansyur dengan Pendekatan Objektif
Mengingat Pesan
Ibu
Karya: M Aan Mansyur
1.
Setelah sampai di
perhentian
2.
terakhir sajak
ini, kau ingat pesan
3.
ibumu.
4.
Seluruh yang
kaumiliki bukan
5.
yang kaumau.
Seluruh yang
6.
kaumau bukan yang
kaubutuh.
7.
Seluruh yang
kaubutuh bukan
8.
yang mampu
kaujangkau. Seluruh
9.
yang mampu
kaujangkau luruh
10. dan sia-sia belaka.
11. “Berhenti. Jangan berangkat
12. sebelum tiba,” katanya.
Tema adalah
gagasan utama atau ide pokok yang melatarbelakangi sebuah puisi. Dalam puisi
tersebut, penyair mengangkat tema tentang rasa syukur. Hal tersebut dapat
ditemukan di larik ke-(4) hingga ke-(10).
Amanat puisi
mengarah pada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Dalam puisi ini,
penyair berpesan agar nasihat ibu harus selalu diingat. Hal tersebut dapat
dilihat di bait pertama:
Setelah sampai di
perhentian (1)
terakhir sajak
ini, kau ingat pesan (2)
ibumu. (3)
Selain itu, penyair
juga ingin menyampaikan bahwa manusia patutnya bersyukur atas sesuatu yang
dapat dimilikinya. Penegasan amanat dapat ditemukan di akhir larik ke-(8)
hingga larik ke-(10):
yang mampu
kaujangkau. Seluruh (8)
yang mampu
kaujangkau luruh (9)
dan
sia-sia belaka. (10)
Di samping itu,
dalam puisinya penyair juga berpesan agar manusia tidak pergi dari sesuatu yang
dimulainya sebelum sampai di tujuannya. Hal tersebut dapat dilihat pada bait
ketiga:
“Berhenti. Jangan
berangkat (11)
sebelum tiba,”
katanya. (12)
Dalam
puisi ada juga yang disebut dengan nada. Nada merupakan sikap penyair kepada
pembaca. Nada yang terdapat dalam puisi ini adalah nada menasihati atau
mengingatkan. Hal tersebut tampak pada bait pertama yang mengandung kata
perintah.
Unsur
selanjutnya yang wajib ada dalam puisi adalah perasaan. Perasaan dapat dimaknai
sebagai ekspresi penyair yang terungkap dalam puisinya. Dalam puisi tersebut,
perasaan yang nampak adalah kebimbangan.
Unsur
lain yang dapat digunakan untuk memaknai sebuat puisi adalah gaya bahasa. Diksi
atau pilihan kata merupakan salah satu bagian dari gaya bahasa. Pada bait kedua,
penyair menggunakan pola kalimat yang sama untuk mengungkapkan perasaannya.
Seluruh yang kaumiliki bukan (4)
yang kaumau. Seluruh yang (5)
kaumau bukan yang kaubutuh. (6)
Seluruh yang kaubutuh bukan (7)
yang mampu kaujangkau. Seluruh (8)
Setiap kalimat dalam bait ini kurang lebih
memiliki pola yang sama, yaitu diawali dengan kata seluruh dengan pola “Seluruh
yang kau... bukan yang kau....”. Selanjutnya terdapat pula bahasa figuratif
atau majas yang digunakan, nampak pada bait ke tiga. Pada bait tersebut,
penulisan pesona kau yang dipendekkan
selalu disatukan dengan kata berikutnya. Namun, pada bait pertama, penulisan kau dipisah:
terakhir
sajak ini, kau ingat pesan (2).
Kau dalam
bait pertama ini mungkin saja diwujudkan untuk membuat sebuah penegasan bahwa
si kau bisa lepas dari ingat. Tidak
seperti di bait ke dua. Si kau diwujudkan selalu menyatu dengan kata
berikutnya.
“Berhenti.
Jangan berangkat (11)
sebelum
tiba,” katanya. (12)
Berangkat dan
tiba dapat dimaknai sebagai kepergian
dan kedatangan, atau bisa juga dimaknai sebagai suatu permulaan dan tujuan. Hal
ini juga dipertegas dengan kata perhentian
yang digunakan pada larik pertama. Umumnya kata tersebut digunakan untuk
menyatakan tempat berhenti bus, kereta api, dan sebagainya. Namun makna dari
kata perhentian di sini bukanlah
makna yang sebenarnya, dapat diartikan bahwa perhentian yang dimaksud adalah tempat berhentinya sebuah
perjalanan.
Analisis Kajian
Puisi “Mengingat Pesan Ibu” Karya M Aan Mansyur dengan Pendekatan Hermeneutik
Dalam
puisi tersebut, penyair selalu mengingatkan orang ketiga dengan pesan-pesan
ibu. Bahkan di awal puisi, penyair sudah mengingatkan bahwa sampai di
perhentian terakhir sajak tersebut pembaca harus mengingat pesan ibunya. Sajak yang dimaksud mungkin bukanlah
makna yang sebenarnya. Kata sampai pada
larik pertama menandakan bahwa ada banyak perhentian sebelum di perhentian
terkahir. Artinya, pesan ibu harus terus diingat sebelum tujuan akhir seseorang
dapat tercapai.
Penyair
dalam puisinya menyatakan bahwa seluruh
yang kaumiliki bukan yang kaumau. Banyak hal yang dalam genggaman manusia
menjadi miliknya bukan karena ia mau, bukan pula karena ia butuh. Bahkan
dikatakan juga bahwa seluruh yang dibutuhkan bukan yang mampu dijangkau atau
digapainya. Banyak sekali kebutuhan dalam hidup ini yang tidak dapat dijangkau.
Penyair menggambarkan si kau sebagai pribadi tidak punya kendali atas apa yang
ia miliki. Dengan segala keserakahannya, manusia digambarkan mendapatkan
sesuatu karena egonya saja. Setelah dapat menggapai seluruh yang dapat
dijangkaunya, pada akhirnya seluruh yang dimilikinya akan gugur dan sia-sia
pada waktunya.
Untuk
dapat mendengarkan pesan ibu dalam bentuk nasihat yang diucapkannya, penyair
mengajak si kau untuk berhenti sejenak. Manusia dengan sifatnya yang selalu
buru-buru dan tidak pernah puas diminta untuk diam sejenak, mendengarkan
nasihat dari seorang ibu. Si ibu mengatakan bahwa si kau hendaknya –bahkan
tidak diperbolehkan untuk berangkat (pergi ke suatu tempat atau tujuan) sebelum
si kau tiba di perhentian terakhirnya.
Perhentian
terakhir bisa dimaknai sebagai sebuah tujuan yang ingin dimiliki oleh si kau.
Tujuan ini bisa berupa cita-cita, karir, atau sebuah wujud nyata dari
mimpi-mimpi si kau. Dapat pula diartikan sebagai ujung usia manusia, di mana ia
telah sampai pada perhentian terakhirnya, yaitu kematian. Dalam perjalanan
seumur hidupnya untuk medapatkan apa yang si kau miliki, si kau diingatkan agar
terus mengingat pesan ibunya.
Pesan
ibu melalui ucapannya hanya diwujudkan dalam satu kalimat. Ibu si kau
dipresentasikan menjadi sesosok penasihat yang tidak banyak bicara. Pesan-pesan
sebelumnya mungkin saja disampaikan melalui tindakan yang dapat ditiru oleh si
kau. Meski yang si kau miliki bukanlah yang ia butuhkan, tapi cita-cita atau
tujuan awal harus terus dikejar.
Analisis Kajian
Puisi “Pulang ke Dapur Ibu” Karya M Aan Mansyur dengan Pendekatan Objektif
Pulang ke Dapur Ibu
Karya:
M Aan Mansyur
1.
Aku hidup di
antara orang-orang yang memilih
2.
melakukan usaha
lebih keras untuk menyakiti orang
3.
lain daripada
menolong diri sendiri.
4.
Aku ingin pulang
ke dapur ibuku, melihatnya
5.
sepanjang hari
tidak bicara. Aku ingin menghirup
6.
seluruh
kebahagiaannya –yang menebal jadi aroma
7.
yang selalu membuat
anak kecil dalam diriku
8.
kelaparan.
9.
Aku ingin hidup
dan diam bersama ibuku. Aku akan
10. menyaksikan ia memetik sayur di kebun kecilnya di
11. halaman belakang untuk makan malam yang lengang.
12. Aku ingin membiarkannya tersenyum menatapku
13. makan tanpa bernapas.
14. Aku ingin melihat ibuku tetap muda dan mudah
15. tersenyum. Aku ingin menyimak seluruh kata
16. yang tidak ia ucapkan. Aku ingin hari-harinya sibuk
17. menebak siapa yang membuatku tiba-tiba suka
18. bernyanyi di kamar mandi.
Tema dalam puisi
tersebut adalah kerinduan terhadap kasih sayang seorang ibu. Hal ini dapat
dilihat pada bait-bait berikut:
Aku
ingin pulang ke dapur ibuku, melihatnya (4)
Aku ingin hidup dan diam bersama ibuku. Aku akan (9)
Aku ingin melihat ibuku tetap muda dan mudah (14)
tersenyum.
Aku ingin menyimak seluruh kata (15)
Dalam puisi ini,
penyair menyelipkan pesan manusia seharusnya lebih keras dalam menolong dirinya
sendiri daripada menyakiti orang lain. Hal ini tergambar dalam bait pertama:
Aku
hidup di antara orang-orang yang memilih (1)
melakukan usaha lebih keras untuk menyakiti orang (2)
lain
daripada menolong diri sendiri. (3)
Penyair juga
berpesan dalam cerita-ceritanya yang mendeskripsikan kerinduannya terhadap
ibunya dengan kegiatan-kegiatannya sewaktu kecil. Secara implisit, penyair
berusaha mengatakan bahwa kasih sayang kepada seorang ibu hendaknya tidak
pernah berkurang meskipun tubuh kita sudah tidak lagi seperti anak kecil.
Nada yang terdapat dalam puisi ini adalah nada merenung.
Hal tersebut tampak pada larik-larik yang banyak diawali dengan kata “Aku ingin....”. Larik-larik itu
mencitrakan seorang aku yang ingin sesuatu saat itu dengan berandai-andai.
Selain nada, ada perasaan yang dominan dalam puisi tersebut, yaitu perasaan
kerinduan. Perasaan rindu si aku yang dituliskan oleh penyair dapat ditemukan
pada setiap baitnya. Terdapat pula diksi atau pilihan kata.
Diksi yang
digunakan penyair dalam puisi tersebut adalah kata-kata yang sederhana dan
dapat dimaknai dengan sebenarnya. Namun beberapa kata memiliki makna eksplisit
seperti pada larik kelaparan (8) yang
merujuk pada larik ke-6 dan ke-7. Kelaparan yang dimaksud bukanlah lapar
sesungguhnya, melainkan kurang bahagia dan menderita.
Analisis Kajian
Puisi “Pulang ke Dapur Ibu” Karya M Aan Mansyur dengan Pendekatan Hermeneutik
Puisi
tersebut merupakan sebuah narasi tentang kerinduan seorang aku sebagai anak
yang telah tumbuh dewasa di lingkungan yang keras. Mungkin saja lingkungan
sebelumnya terasa lebih hangat, sehingga si aku merasa lingkungan yang berbeda.
Sosok aku yang selalu merindukan ibunya ingin seolah ingi meninggalkan tempat
orang-orang yang berusaha untuk menyakiti orang dengan cara tidak mengulang
pembahasan mengenai tempatnya itu. Orang-orang yang dimaksud di sini mungkin
adalah gambaran manusia sekarang yang selalu sibuk dengan hal-hal yang membuat
dirinya hebat namun melupakan sisi kemanusiaan yang lain. Misalnya saja seperti
penggusuran-penggusuran di daerah untuk pembangunan fasilitas bandara yang
harus melukai hati para penduduk yang lahannya terkena gusur. Seakan tak punya
hati, orang-orang itu lupa bahwa membahagiakan orang lain secara tidak langsung
dapat menjadi pahala baginya. Dan pahala inilah yang akan menolongnya di
kemudian hari. Sosok aku merindukan ibunya yang bisa selalu menolongnya dalam
keadaan apapun.
Si
aku rindu melihat ibunya sibuk di tempat kerjanya (dalam puisi tersebut disebut
dapur), tempat ibunya mengolah berbagai hal sepanjang hari hingga membuat
ibunya tidak bicara. Ibu yang selalu sibuk dengan usaha untuk membahagiakan
anaknya itu selalu dirindukan oleh sang anak meski kesibukan itu membuat jarak
sekalipun antara keduanya. Selain merindukan sosok ibu, si aku juga
menginginkan kebahagian yang serupa seperti yang ia rasakan ketika masih kecil.
Hidup di tempat yang telah penyair sebutkan pada bait pertama tadi, membuat si
aku menjadi kurang bahagia dan menderita.
Si
aku menginginkan hidup dan tinggal bersama ibunya, menyaksikan kegiatan ibunya
sepanjang hari dan ingin menyaksikan ibunya bahagia dan mudah tersenyum karena hal-hal
kecil yang dilakukannya. Si aku juga tidak ingin ibunya menua. Ia ingin waktu
tidak berganti, tetap di masa ia bisa merasakan kebahagiaan-kebahagiaan yang ia
dapat dari seorang ibu muda yang masih sibuk untuk terus dirindukannya. Ia
ingin memahami perasaan ibunya melalui setiap gerakan ibunya yang tidak
dijelaskan dengan kata-kata. Ia juga ingin ibunya melihatnya jatuh cinta kepada
orang lain dan mendapatkan perhatiannya.
Interpretasi
terhadap Puisi “Mengingat Pesan Ibu” dan “Pulang ke Dapur Ibu” Karya M Aan
Mansyur
Kedua
puisi tersebut merupak puisi yang diambil dari sebuah buku Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja. Puisi “Mengingat Pesan Ibu”
bertema tentang rasa syukur melalui pesan-pesan yang sampaikan oleh ibu.
Sedangkan pada puisi “Pulang ke Dapur Ibu”, tema yang digunakan adalah
kerinduan terhadap kasih sayang ibu. Meski keduanya memiliki tema yang berbeda,
tetapi topiknya sama yaitu tentang ibu. Dalam buku kumpulan puisi tersebut
setidaknya terdapat empat puisi tentang ibu. Penyair menempatkan posisi ibu
lebih tinggi daripada seorang ayah.
Ibu
yang disampaikan penyair dalam puisi-puisinya memiki peran yang berbeda. Pada
puisi pertama, ibu digambarkan dalam perannya sebagai seorang penasihat yang
perlu didengerkan dan dijadikan panutan oleh anaknya. Sedangkan pada puisi
kedua, ibu dipandang sebagai seorang yang selalu dirindukan karena dapat
memberi kebahagiaan-kebahagiaan kepada anaknya. Persamaanya adalah kedua puisi
tersebut sama-sama menyatakan bahwa sosok ibu yang selalu dibutuhkan, baik
sebagai penasihat maupun sebagai seorang yang memberi kebahagiaan, bahkan di
saat anak itu sudah tidak lagi sebagai anak-anak.
KESIMPULAN
Pendekatan hermeneutik adalah suatu
pendekatan karya sastra yang dilakukan dengan cara menafsirkan makna-makna yang
ada di dalam sebuh karya sastra, baik makna yang tersirat maupun yang tersurat.
Dalam sebuah puisi, terdapat empat unsur wajib yang disebut dengan hakikat
puisi (tema, amanat, nada, dan perasaan). Dari puisi dengan topik “ibu” yang
berjudul “Mengingat Pesan Ibu” dan “Pulang ke Dapur Ibu” pada buku Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja karya
M Aan Mansyur, puisi tersebut menunjukkan bahwa kedua puisi tersebut sama-sama
menyatakan bahwa sosok ibu yang selalu dibutuhkan, baik sebagai penasihat
maupun sebagai seorang yang memberi kebahagiaan, bahkan di saat anak itu sudah
tidak lagi sebagai anak-anak.
Dengan demikian, melalui kajian ini
diharapkan dapat memberikan motivasi kepada mahasiswa lain untuk menggunakan
pendekatan hermeneutik untuk mengkaji puisi-puisi lainnya. Serta diharapkan
melalui kajian ini, banyak orang lebih tertarik dalam memaknai puisi-puisi karya
sastrawan modern. Sehingga penelitian mengenai sastra tidak hanya tentang
puisi-puisi lama dan baru saja, melainkan meluas pada puisi modern juga.