Hai, selamat pagi, Tuan Muhammad Mutoi.
(Begitu bukan penulisan namanya?)
((Jika kamu membaca ini di siang hari, ulanglah sapaan dari saya tadi dan ganti dengan 'selamat siang', ya! Jika kamu membacanya sore/malam, lakukanlah hal yang sama. Tapi jika kamu membacanya sepanjang waktu, segera tutup jendela laman ini karena saya pasti menunggu balasan pesan di WhatsApp!))
Dari mana saya harus memulainya?
Ah, rasanya malu sekali jika harus bercerita dari garis start.
Saat itu, mungkin sapaan darimu—bahkan dari semua lelaki—saya anggap mengganggu. Ya, sadar kan?
Maafkan saya yang dulu, saya hanya tidak siap menerima kenyataan bahwa saya harus menemukan orang lain yang harus saya perlakuan sama seperti orang itu yang saya tak ingin sebut namanya. Saya hanya takut, jika saya menemukan orang yang hanya akan saya kenang lagi.
Hingga saatnya kamu berjalan, namun saya masih berlari ke arah lain. Begitu terus hingga saya mulai sadar. Kamu adalah potongan puzzle. Bagian dari sebuah sistem. Jika salah satunya tidak ada, ya tetap harus ada! Begitu kira-kira.
Hingga saat, entahlah kapan, di waktu yang tidak ditentukan, saya dan kamu berjalan di dan ke arah yang sama.
Saya hanya butuh waktu. Dan kamu hanya butuh bersabar. Hingga kita saling belajar, aku belajar tentang caramu bersabar, dan kamu belajar tentang waktu perlahan.
Lagi-lagi saya sadar. Yang saya butuh bukan waktu. Yang saya butuh untuk belajar hanya kamu. Terserah semesta akan memberikan pelajaran apa, saya selalu suka belajar.
Terima kasih, mungkin? Ah, saya tau kamu bosan mendengar ini.
Tapi saya sangat bersyukur karena belajar dari kamu, saya bisa lebih sering tertawa. Kadang tersenyum seperti orang ½ waras. Saya jadi jarang bosan. Tentunya kuota saya lebih boros karena rindu seperti dendam yang harus dibayar tuntas kalau kata seorang penyair.
Dalam hal ini saya bahagia. Saya jadi jarang menangis sendiri setelah melihat drama atau video artis Korea yang tidak kamu tau namanya. Saya merasa Tuhan terlalu baik karena melibatkan saya dalam situasi yang menyenangkan seperti ini. Sampai-sampai saya tidak tau bagaimana harus membalas kebaikan-Nya melalui kamu. Dengan ketupat sayur, mungkin? Atau dengan wedang jahe? Entahlah, saya lebih suka membayarnya dengan waktu yang saya punya.
Saya tidak akan memaksa agar kamu ikut berjanji dengan saya. Tapi saya akan berjanji kepada diri saya, saya akan menua bersama orang aneh itu hingga waktu yang tidak ditentukan, seperti bagaimana kita memulainya. Saya sangat suka matematika, tapi beberapa hal tidak harus diungkapkan dengan angka. Bukan begitu?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Penipu Popok & Susu di Instagram
Saya ga mau panjang lebar, penipu tsb mengatasnamakan ULI ELISA dengan nomor rekening Bank BRI No.Rek: 0171-0101-4789-530. Nomor yg dipakai ...
-
ANALISIS PUISI-PUISI “IBU” PADA BUKU KUMPULAN PUISI MELIHAT API BEKERJA KARYA M AAN MASNYUR MENGGUNAKAN PENDEKATAN HERMENEUTIK Aprilia...
-
Sastra bandingan adalah studi perbandingan dua karya sastra atau lebih atau perbandingan karya sastra dengan bidang lain, misalnya filsafat...
-
Sastra (Sanskerta: शास्त्र , shastra ) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra , yang berarti "teks yang mengandung instru...
No comments:
Post a Comment