Pak Haji di Pulau Rapi
Penulis: Aprilia Larasati
Di suatu hari awal bulan Juli yang terik, namun udaranya cukup dingin, tampak seorang laki-laki paruh baya bernama Pak Jang, menghampiri seorang ibu rumah tangga bernama Bu Tak, pemilik Takdungdung Homestay.
Mereka sedang berbincang, atau mungkin berdebat, tentang kepemilikan tanah di daerah Pulau Rapi. Suami Bu Tak yang tipe susis atau suami takut istri saat itu sedang membenarkan genting yang bocor di atas hanya bisa geleng-geleng dan tetap di sana supaya tidak ikut-ikutan kena semprot istrinya.
Keduanya tampak berwajah masam dan saling beradu pandang. Hingga seroang pemuka agama bernama Pak Haji -- yang tetap dipanggil Haji walau belum pernah beribadah ke tanah suci, karena lengkapnya Muhajidin – datang dengan mengucap salam.
“Assalammualaikum, akhi, ukhti.”
“Alaikum salaam, Pak Haji.”, jawab keduanya sambil tersenyum.
Kemudian senyum itu kembali memudar saat keduanya mengarahkan pandangan kepada satu sama lain.
Melihat kedua orang itu beradu argumen, Pak Haji yang bak peramal tahu betul apa yang sedang mereka bicarakan. “Ehem.”, dehamnya menghentikan perseteruan itu.
“Masalah tanah?” tanyanya.
“Iya, Pak Haji. Orang jelas-jelas ini tanah dari nenek moyang saya kok diakui sembarangan sama orang ini!” ucap Bu Tak.
“Loh, di surat ini sudah jelas. Pemilik tanah ini ya sayalah orangnya!” saut Pak Jang tak ingin kalah.
Pak Haji hanya terdiam mendengarkan pembelaan dari keduanya. Alih-alih memberikan belaan, 5 menit sudah Pak Haji hanya terdiam saja. Pak Jang yang mulai kebingungan baru akan membuka mulut, namun dengan cepat disela oleh Pak Haji. “Begini saudaraku sekalian, perkara tanah ini biarlah kita selesaikan secara kekeluargaan. Kita ini kan diciptakan dari tanah, tanah ini adalah ciptaan yang di atas. Dan yang kalian perebutkan ini apa?”.
“Tanah, Pak Haji.” Jawab keduanya.
“Jadi tanah ini milik siapa?”.
“Milik yang di atas, Pak Haji.”
Sambil menengok ke atas, Pak Haji memandang Pak Kus, suami Bu Tak.
“Sudah tau kan sekarang tanah ini milik siapa? Milikmu Pak Kus! Assalammualaikum.” seru Pak Haji sambil berlalu.
Nah itu tadi contoh teks anekdot dari saya. Maaf kalo garing ya, namanya juga usaha heheheheheh.. 😆✌
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Penipu Popok & Susu di Instagram
Saya ga mau panjang lebar, penipu tsb mengatasnamakan ULI ELISA dengan nomor rekening Bank BRI No.Rek: 0171-0101-4789-530. Nomor yg dipakai ...
-
ANALISIS PUISI-PUISI “IBU” PADA BUKU KUMPULAN PUISI MELIHAT API BEKERJA KARYA M AAN MASNYUR MENGGUNAKAN PENDEKATAN HERMENEUTIK Aprilia...
-
Sastra bandingan adalah studi perbandingan dua karya sastra atau lebih atau perbandingan karya sastra dengan bidang lain, misalnya filsafat...
-
Sastra (Sanskerta: शास्त्र , shastra ) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra , yang berarti "teks yang mengandung instru...
No comments:
Post a Comment