Judulnya serius banget ya?
Eh bentar lah, saya mau cerita dulu.. hehe
Beberapa waktu lalu, sepulang kerja saya membutuhkan untuk pergi ke sebuah toko serba ada yang cukup terkenal di daerah Pasar Anyar, Kota Tangerang. Di parkiran saya dibuat agak kesal karena banyak motor yang diparkirkan sak karepe dewe alias semaunya sendiri. Ditambah lagi ketika di dalam toko saya mendapati ternyata ramai sekali pengunjung malam itu. Padahal bukan weekend, dan saat itu sudah pukul 8 malam lebih. Saya sendiri kurang nyaman jika berbelanja dalam kondisi berdesakan. Mungkin ini terdengar berlebihan bagi anda, tapi percayalah. Perempuan yang sedang PMS hampir emosi setiap saat. 😂
Namun, saat sedang mencari barang yang hendak saya beli, saya mendengar lagu kesukaan saya diputar. Ya, jadilah saya ikut menyanyi, di dalam hati. Sampai tidak terasa saya berkeliling toko lebih dari 30 menit karena terbawa suasana lagu yang diputar. Pas banget lagu kesukaan saya semua. 😂😂
Di perjalanan pulang saya baru mikirin, "oh mungkin karena tadi musiknya enak jadi belanjanya ga berasa ya?"
Iya. Musik di supermarket emang diputar untuk bikin kesan belanja tuh jadi enjoy. Walaupun desek-desekan, walaupun dijudesin mbak-mbak SPG, walaupun minyak belom diskon, walaupun ngantri di kasir, walaupun desek-desekan pas mau lebaran. Kalo sepi, musik juga bisa bikin toko berkesan ga 'sepi'. Jadi walaupun sendirian belanjanya ga berasa kaya jomblo. Eh maksudnya ga kesepian. Gitu lah intinya.
Musik ini sendiri disesuaikan sama season ya. Maksudnya season ini, kaya, hmm kalo menjelang puasa tuh sering kan denger lagu reliji di supermarket? Ya kan? Ya kan? Begitu juga kalo mau natal.
Musik juga disesuaikan dengan tempat.
Apakah musik di supermarket sama kaya musik yang diputar di tempat gym? Beda dong.
Kalo di supermarket tuh cenderung yang happy happy, terus lagu hits, kadang ada juga supermarket yang muterin lagu dangdut. Nah kalo di tempat gym kaga cocok lah pake musik dangdut. Yang ada abangnya goyang bukan angkat beban. Hehe. Di gym musik yang diputar cenderung bertempo cepat.
Beda lagi kalo di cafe. Musiknya yang selow alias lambat. Biar apa? Biar pelanggannya betah lama-lamaan nongkrong dong.
Dari contoh-contoh di atas, bisa disimpulin peran musik dalam pemasaran tuh bisa sebagai citra dari perusahaan dan sebagai media untuk memuaskan konsumen. Intinya itu. Saya ga jago ngejelasinnya, tapi semoga kalian ngerti. hehe Boleh dicoba dipraktekan di usaha masing-masing ya. Semoga membantu. Good luck! ✨
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Penipu Popok & Susu di Instagram
Saya ga mau panjang lebar, penipu tsb mengatasnamakan ULI ELISA dengan nomor rekening Bank BRI No.Rek: 0171-0101-4789-530. Nomor yg dipakai ...
-
ANALISIS PUISI-PUISI “IBU” PADA BUKU KUMPULAN PUISI MELIHAT API BEKERJA KARYA M AAN MASNYUR MENGGUNAKAN PENDEKATAN HERMENEUTIK Aprilia...
-
Sastra bandingan adalah studi perbandingan dua karya sastra atau lebih atau perbandingan karya sastra dengan bidang lain, misalnya filsafat...
-
Sastra (Sanskerta: शास्त्र , shastra ) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra , yang berarti "teks yang mengandung instru...
No comments:
Post a Comment