Saturday, June 22, 2019

Analisis Puisi Aan Mansyur Menggunakan Pendekatan Hermeneutik


ANALISIS PUISI-PUISI “IBU” PADA BUKU KUMPULAN PUISI MELIHAT API BEKERJA  KARYA M AAN MASNYUR MENGGUNAKAN PENDEKATAN HERMENEUTIK
Aprilia Larasati


Abstrak
Artikel ini menganalisis dua puisi dengan topik “ibu” yang berjudul “Mengingat Pesan Ibu” dan “Pulang ke Dapur Ibu” pada buku Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja karya M Aan Mansyur. Analisis dilakukan dengan fokus kajian hermeneutik dengan tujuan memeperoleh makna dari puisi-puisi tersebut. Metode yang digunakan adalah analisis isi. Hasil kajian terhadap puisi tersebut menunjukkan bahwa kedua puisi tersebut sama-sama menyatakan bahwa sosok ibu yang selalu dibutuhkan, baik sebagai penasihat maupun sebagai seorang yang memberi kebahagiaan, bahkan di saat anak itu sudah tidak lagi sebagai anak-anak.
Kata kunci: hermeneutik, kajian puisi, M Aan Mansyur

PENDAHULUAN
            Karya sastra merupakan cerminan dari berbagai peristiwa yang terjadi di masyarakat. Keberadaannya sangat penting, selain sebagai hiburan, sebagian orang menganggap karya sastra sebagai sebuah kebutuhan. Untuk memahami karya sastra, diperlukan pendekatan untuk mengkajinya. Ada empat pendekatan tradisional yang dikemukakan oleh M.H. Abrams dalam bukunya yang berjudul The Mirror and the Lamp, yaitu pendekatan objektif, mimetik, ekspresif, dan tagmemik. Dari keempat pendekatan tersebut, kemudian berkembang berbagai pendekatan karya sastra modern.
Terdapat berbagai bentuk karya sastra, yaitu drama, prosa, dan puisi. Puisi merupakan karya sastra yang sangat dekat dengan masyarakat. Karena puisi menjangkau semua lapisan masyarakat tanpa mengenal kasta, budaya, dan kelas sosial. Puisi juga dapat dijumpai di berbagai media, baik dalam jaringan maupun luar jaringan.
Menurut E. Kosasih (2008: 31), “Puisi adalah bentuk karya sastra yang tersaji secara monolog, menggunakan kata-kata indah dan kaya akan makna”. Aminuddin (2002:110) berpendapat, dalam upaya memahami teks sastra, terutama puisi, kesulitan yang biasa muncul adalah dalam upaya memahami maknanya. Karena puisi bukan sekadar deretan kata yang tidak bermakna. Lebih dari itu, kata-kata merupakan jembatan bagi penyair untuk menyampaikan maksudnya yang dapat ditafsirkan dari kacamata pembaca. Penafsiran ini bisa berbeda antara satu pembaca dengan pembaca lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pengalaman berpikir pembaca yang terbentuk menjadi sebuah pemahaman terhadap karya sastra.
Waluyo (1978:28) mengatakan, “Karya sastra puisi mempunyai struktur yang berbeda dengan bentuk prosa”. Dalam sebuah puisi, terdapat empat unsur wajib yang disebut dengan hakikat puisi. Keempat unsur itu ialah tema (gagasan pokok / ide pokok), amanat (pesan dari penyair kepada pembaca), nada (sikap penyair kepada pembaca) dan perasaan (ekspresi penyair yang terungkap dalam puisinya).
Puisi yang akan dikaji adalah dua puisi dengan topik “ibu” yang berjudul “Mengingat Pesan Ibu” dan “Pulang ke Dapur Ibu” pada buku Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja karya M Aan Mansyur. Topik “ibu” banyak digunakan dalam buku tersebut. Untuk mengetahui makna dari “ibu” dalam puisi-puisi tersebut, maka pendeketan yang cocok digunakan adalah pendekatan hermeneutik.
Menurut Endraswara (2013: 66), “Hermeneutik adalah penafsiran atau totalitas karya sastra”. Hermeneutik (penafsiran), juga dapat diartikan sebagai makna yang hendak disampaikan penyair secara tersembunyi yang menimbulkan tanda tanya bagi pembacanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hermeneutik adalah suatu pendekatan karya sastra yang dilakukan dengan cara menafsirkan makna-makna yang ada di dalam sebuh karya sastra, baik makna yang tersirat maupun yang tersurat.

METODE
Dalam artikel ini, dua puisi pada buku Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja karya M Aan Mansyur akan dianalisis maknanya dengan pendekatan hermeneutik. Dalam pendekatan ini, karya sastra dipandang sebagai sesuatu seni yang memiliki makna yang dapat terdapat dalam simbol-simbol. Dalam hal ini, simbol-simbol yang terdapat di dalam suatu puisi bisa berupa tanda-tanda dan/atau rangkaian kata. Richard e Palmer (1969: 3) berpendapat bahwa, “Hermeneutik dapat diartikan sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti”.
Agar dapat memahami sebuah puisi, ada beberapa langkah yang harus diambil. Langkah-langkah tersebut adalah:
1.      Menganalisis puisi berdasarkan hakikat puisi dan unsur intrinsiknya menggunakan pendekatan struktural.
2.      Kemudian puisi dimaknai secara langsung.
3.      Setalah itu, perlu dilakukan pembacaan berulang-ulang dan pemaknaan yang lebih mendalam untuk dapat menjelaskan arti implisit dari sebuah puisi.
4.      Selanjutnya, pemaknaan simbol-simbol dengan hal-hal yang bersifat referensial menyangkut proses kreatif seniman dan faktor-faktor yang berkaitan dengannya.
5.      Penyimpulan makna.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kajian Puisi “Mengingat Pesan Ibu” Karya M Aan Mansyur dengan Pendekatan Objektif

Mengingat Pesan Ibu
Karya: M Aan Mansyur

1.      Setelah sampai di perhentian
2.      terakhir sajak ini, kau ingat pesan
3.      ibumu.

4.      Seluruh yang kaumiliki bukan
5.      yang kaumau. Seluruh yang
6.      kaumau bukan yang kaubutuh.
7.      Seluruh yang kaubutuh bukan
8.      yang mampu kaujangkau. Seluruh
9.      yang mampu kaujangkau luruh
10.  dan sia-sia belaka.

11.  “Berhenti. Jangan berangkat
12.  sebelum tiba,” katanya.

Tema adalah gagasan utama atau ide pokok yang melatarbelakangi sebuah puisi. Dalam puisi tersebut, penyair mengangkat tema tentang rasa syukur. Hal tersebut dapat ditemukan di larik ke-(4) hingga ke-(10).
Amanat puisi mengarah pada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Dalam puisi ini, penyair berpesan agar nasihat ibu harus selalu diingat. Hal tersebut dapat dilihat di bait pertama:
Setelah sampai di perhentian                              (1)
terakhir sajak ini, kau ingat pesan                      (2)
ibumu.                                                                  (3)
Selain itu, penyair juga ingin menyampaikan bahwa manusia patutnya bersyukur atas sesuatu yang dapat dimilikinya. Penegasan amanat dapat ditemukan di akhir larik ke-(8) hingga larik ke-(10):
yang mampu kaujangkau. Seluruh                      (8)
yang mampu kaujangkau luruh                           (9)
dan sia-sia belaka.                                              (10)
Di samping itu, dalam puisinya penyair juga berpesan agar manusia tidak pergi dari sesuatu yang dimulainya sebelum sampai di tujuannya. Hal tersebut dapat dilihat pada bait ketiga:
“Berhenti. Jangan berangkat                             (11)
sebelum tiba,” katanya.                                      (12)
            Dalam puisi ada juga yang disebut dengan nada. Nada merupakan sikap penyair kepada pembaca. Nada yang terdapat dalam puisi ini adalah nada menasihati atau mengingatkan. Hal tersebut tampak pada bait pertama yang mengandung kata perintah.
            Unsur selanjutnya yang wajib ada dalam puisi adalah perasaan. Perasaan dapat dimaknai sebagai ekspresi penyair yang terungkap dalam puisinya. Dalam puisi tersebut, perasaan yang nampak adalah kebimbangan.
            Unsur lain yang dapat digunakan untuk memaknai sebuat puisi adalah gaya bahasa. Diksi atau pilihan kata merupakan salah satu bagian dari gaya bahasa. Pada bait kedua, penyair menggunakan pola kalimat yang sama untuk mengungkapkan perasaannya.
            Seluruh yang kaumiliki bukan            (4)
            yang kaumau. Seluruh yang               (5)
            kaumau bukan yang kaubutuh.           (6)
            Seluruh yang kaubutuh bukan            (7)
            yang mampu kaujangkau. Seluruh      (8)
Setiap kalimat dalam bait ini kurang lebih memiliki pola yang sama, yaitu diawali dengan kata seluruh dengan pola “Seluruh yang kau... bukan yang kau....”. Selanjutnya terdapat pula bahasa figuratif atau majas yang digunakan, nampak pada bait ke tiga. Pada bait tersebut, penulisan pesona kau yang dipendekkan selalu disatukan dengan kata berikutnya. Namun, pada bait pertama, penulisan kau dipisah:
terakhir sajak ini, kau ingat pesan     (2).
Kau dalam bait pertama ini mungkin saja diwujudkan untuk membuat sebuah penegasan bahwa si kau bisa lepas dari ingat. Tidak seperti di bait ke dua. Si kau diwujudkan selalu menyatu dengan kata berikutnya.
“Berhenti. Jangan berangkat                         (11)
sebelum tiba,” katanya.                      (12)
Berangkat dan tiba dapat dimaknai sebagai kepergian dan kedatangan, atau bisa juga dimaknai sebagai suatu permulaan dan tujuan. Hal ini juga dipertegas dengan kata perhentian yang digunakan pada larik pertama. Umumnya kata tersebut digunakan untuk menyatakan tempat berhenti bus, kereta api, dan sebagainya. Namun makna dari kata perhentian di sini bukanlah makna yang sebenarnya, dapat diartikan bahwa perhentian yang dimaksud adalah tempat berhentinya sebuah perjalanan.
Analisis Kajian Puisi “Mengingat Pesan Ibu” Karya M Aan Mansyur dengan Pendekatan Hermeneutik
            Dalam puisi tersebut, penyair selalu mengingatkan orang ketiga dengan pesan-pesan ibu. Bahkan di awal puisi, penyair sudah mengingatkan bahwa sampai di perhentian terakhir sajak tersebut pembaca harus mengingat pesan ibunya. Sajak yang dimaksud mungkin bukanlah makna yang sebenarnya. Kata sampai pada larik pertama menandakan bahwa ada banyak perhentian sebelum di perhentian terkahir. Artinya, pesan ibu harus terus diingat sebelum tujuan akhir seseorang dapat tercapai.
            Penyair dalam puisinya menyatakan bahwa seluruh yang kaumiliki bukan yang kaumau. Banyak hal yang dalam genggaman manusia menjadi miliknya bukan karena ia mau, bukan pula karena ia butuh. Bahkan dikatakan juga bahwa seluruh yang dibutuhkan bukan yang mampu dijangkau atau digapainya. Banyak sekali kebutuhan dalam hidup ini yang tidak dapat dijangkau. Penyair menggambarkan si kau sebagai pribadi tidak punya kendali atas apa yang ia miliki. Dengan segala keserakahannya, manusia digambarkan mendapatkan sesuatu karena egonya saja. Setelah dapat menggapai seluruh yang dapat dijangkaunya, pada akhirnya seluruh yang dimilikinya akan gugur dan sia-sia pada waktunya.
            Untuk dapat mendengarkan pesan ibu dalam bentuk nasihat yang diucapkannya, penyair mengajak si kau untuk berhenti sejenak. Manusia dengan sifatnya yang selalu buru-buru dan tidak pernah puas diminta untuk diam sejenak, mendengarkan nasihat dari seorang ibu. Si ibu mengatakan bahwa si kau hendaknya –bahkan tidak diperbolehkan untuk berangkat (pergi ke suatu tempat atau tujuan) sebelum si kau tiba di perhentian terakhirnya.
            Perhentian terakhir bisa dimaknai sebagai sebuah tujuan yang ingin dimiliki oleh si kau. Tujuan ini bisa berupa cita-cita, karir, atau sebuah wujud nyata dari mimpi-mimpi si kau. Dapat pula diartikan sebagai ujung usia manusia, di mana ia telah sampai pada perhentian terakhirnya, yaitu kematian. Dalam perjalanan seumur hidupnya untuk medapatkan apa yang si kau miliki, si kau diingatkan agar terus mengingat pesan ibunya.
            Pesan ibu melalui ucapannya hanya diwujudkan dalam satu kalimat. Ibu si kau dipresentasikan menjadi sesosok penasihat yang tidak banyak bicara. Pesan-pesan sebelumnya mungkin saja disampaikan melalui tindakan yang dapat ditiru oleh si kau. Meski yang si kau miliki bukanlah yang ia butuhkan, tapi cita-cita atau tujuan awal harus terus dikejar.

Analisis Kajian Puisi “Pulang ke Dapur Ibu” Karya M Aan Mansyur dengan Pendekatan Objektif

Pulang ke Dapur Ibu
Karya: M Aan Mansyur

1.      Aku hidup di antara orang-orang yang memilih
2.      melakukan usaha lebih keras untuk menyakiti orang
3.      lain daripada menolong diri sendiri.

4.      Aku ingin pulang ke dapur ibuku, melihatnya
5.      sepanjang hari tidak bicara. Aku ingin menghirup
6.      seluruh kebahagiaannya –yang menebal jadi aroma
7.      yang selalu membuat anak kecil dalam diriku
8.      kelaparan.

9.      Aku ingin hidup dan diam bersama ibuku. Aku akan
10.  menyaksikan ia memetik sayur di kebun kecilnya di
11.  halaman belakang untuk makan malam yang lengang.
12.  Aku ingin membiarkannya tersenyum menatapku
13.  makan tanpa bernapas.

14.  Aku ingin melihat ibuku tetap muda dan mudah
15.  tersenyum. Aku ingin menyimak seluruh kata
16.  yang tidak ia ucapkan. Aku ingin hari-harinya sibuk
17.  menebak siapa yang membuatku tiba-tiba suka
18.  bernyanyi di kamar mandi.

Tema dalam puisi tersebut adalah kerinduan terhadap kasih sayang seorang ibu. Hal ini dapat dilihat pada bait-bait berikut:
Aku ingin pulang ke dapur ibuku, melihatnya                        (4)
Aku ingin hidup dan diam bersama ibuku. Aku akan            (9)
Aku ingin melihat ibuku tetap muda dan mudah                    (14)
tersenyum. Aku ingin menyimak seluruh kata                                    (15)
Dalam puisi ini, penyair menyelipkan pesan manusia seharusnya lebih keras dalam menolong dirinya sendiri daripada menyakiti orang lain. Hal ini tergambar dalam bait pertama:
Aku hidup di antara orang-orang yang memilih                    (1)
melakukan usaha lebih keras untuk menyakiti orang             (2)
lain daripada menolong diri sendiri.                                      (3)
Penyair juga berpesan dalam cerita-ceritanya yang mendeskripsikan kerinduannya terhadap ibunya dengan kegiatan-kegiatannya sewaktu kecil. Secara implisit, penyair berusaha mengatakan bahwa kasih sayang kepada seorang ibu hendaknya tidak pernah berkurang meskipun tubuh kita sudah tidak lagi seperti anak kecil.
            Nada yang terdapat dalam puisi ini adalah nada merenung. Hal tersebut tampak pada larik-larik yang banyak diawali dengan kata “Aku ingin....”. Larik-larik itu mencitrakan seorang aku yang ingin sesuatu saat itu dengan berandai-andai. Selain nada, ada perasaan yang dominan dalam puisi tersebut, yaitu perasaan kerinduan. Perasaan rindu si aku yang dituliskan oleh penyair dapat ditemukan pada setiap baitnya. Terdapat pula diksi atau pilihan kata.
Diksi yang digunakan penyair dalam puisi tersebut adalah kata-kata yang sederhana dan dapat dimaknai dengan sebenarnya. Namun beberapa kata memiliki makna eksplisit seperti pada larik kelaparan (8) yang merujuk pada larik ke-6 dan ke-7. Kelaparan yang dimaksud bukanlah lapar sesungguhnya, melainkan kurang bahagia dan menderita.
Analisis Kajian Puisi “Pulang ke Dapur Ibu” Karya M Aan Mansyur dengan Pendekatan Hermeneutik
            Puisi tersebut merupakan sebuah narasi tentang kerinduan seorang aku sebagai anak yang telah tumbuh dewasa di lingkungan yang keras. Mungkin saja lingkungan sebelumnya terasa lebih hangat, sehingga si aku merasa lingkungan yang berbeda. Sosok aku yang selalu merindukan ibunya ingin seolah ingi meninggalkan tempat orang-orang yang berusaha untuk menyakiti orang dengan cara tidak mengulang pembahasan mengenai tempatnya itu. Orang-orang yang dimaksud di sini mungkin adalah gambaran manusia sekarang yang selalu sibuk dengan hal-hal yang membuat dirinya hebat namun melupakan sisi kemanusiaan yang lain. Misalnya saja seperti penggusuran-penggusuran di daerah untuk pembangunan fasilitas bandara yang harus melukai hati para penduduk yang lahannya terkena gusur. Seakan tak punya hati, orang-orang itu lupa bahwa membahagiakan orang lain secara tidak langsung dapat menjadi pahala baginya. Dan pahala inilah yang akan menolongnya di kemudian hari. Sosok aku merindukan ibunya yang bisa selalu menolongnya dalam keadaan apapun.
            Si aku rindu melihat ibunya sibuk di tempat kerjanya (dalam puisi tersebut disebut dapur), tempat ibunya mengolah berbagai hal sepanjang hari hingga membuat ibunya tidak bicara. Ibu yang selalu sibuk dengan usaha untuk membahagiakan anaknya itu selalu dirindukan oleh sang anak meski kesibukan itu membuat jarak sekalipun antara keduanya. Selain merindukan sosok ibu, si aku juga menginginkan kebahagian yang serupa seperti yang ia rasakan ketika masih kecil. Hidup di tempat yang telah penyair sebutkan pada bait pertama tadi, membuat si aku menjadi kurang bahagia dan menderita.
            Si aku menginginkan hidup dan tinggal bersama ibunya, menyaksikan kegiatan ibunya sepanjang hari dan ingin menyaksikan ibunya bahagia dan mudah tersenyum karena hal-hal kecil yang dilakukannya. Si aku juga tidak ingin ibunya menua. Ia ingin waktu tidak berganti, tetap di masa ia bisa merasakan kebahagiaan-kebahagiaan yang ia dapat dari seorang ibu muda yang masih sibuk untuk terus dirindukannya. Ia ingin memahami perasaan ibunya melalui setiap gerakan ibunya yang tidak dijelaskan dengan kata-kata. Ia juga ingin ibunya melihatnya jatuh cinta kepada orang lain dan mendapatkan perhatiannya.

Interpretasi terhadap Puisi “Mengingat Pesan Ibu” dan “Pulang ke Dapur Ibu” Karya M Aan Mansyur
            Kedua puisi tersebut merupak puisi yang diambil dari sebuah buku Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja. Puisi “Mengingat Pesan Ibu” bertema tentang rasa syukur melalui pesan-pesan yang sampaikan oleh ibu. Sedangkan pada puisi “Pulang ke Dapur Ibu”, tema yang digunakan adalah kerinduan terhadap kasih sayang ibu. Meski keduanya memiliki tema yang berbeda, tetapi topiknya sama yaitu tentang ibu. Dalam buku kumpulan puisi tersebut setidaknya terdapat empat puisi tentang ibu. Penyair menempatkan posisi ibu lebih tinggi daripada seorang ayah.
            Ibu yang disampaikan penyair dalam puisi-puisinya memiki peran yang berbeda. Pada puisi pertama, ibu digambarkan dalam perannya sebagai seorang penasihat yang perlu didengerkan dan dijadikan panutan oleh anaknya. Sedangkan pada puisi kedua, ibu dipandang sebagai seorang yang selalu dirindukan karena dapat memberi kebahagiaan-kebahagiaan kepada anaknya. Persamaanya adalah kedua puisi tersebut sama-sama menyatakan bahwa sosok ibu yang selalu dibutuhkan, baik sebagai penasihat maupun sebagai seorang yang memberi kebahagiaan, bahkan di saat anak itu sudah tidak lagi sebagai anak-anak.

KESIMPULAN
Pendekatan hermeneutik adalah suatu pendekatan karya sastra yang dilakukan dengan cara menafsirkan makna-makna yang ada di dalam sebuh karya sastra, baik makna yang tersirat maupun yang tersurat. Dalam sebuah puisi, terdapat empat unsur wajib yang disebut dengan hakikat puisi (tema, amanat, nada, dan perasaan). Dari puisi dengan topik “ibu” yang berjudul “Mengingat Pesan Ibu” dan “Pulang ke Dapur Ibu” pada buku Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja karya M Aan Mansyur, puisi tersebut menunjukkan bahwa kedua puisi tersebut sama-sama menyatakan bahwa sosok ibu yang selalu dibutuhkan, baik sebagai penasihat maupun sebagai seorang yang memberi kebahagiaan, bahkan di saat anak itu sudah tidak lagi sebagai anak-anak.
Dengan demikian, melalui kajian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada mahasiswa lain untuk menggunakan pendekatan hermeneutik untuk mengkaji puisi-puisi lainnya. Serta diharapkan melalui kajian ini, banyak orang lebih tertarik dalam memaknai puisi-puisi karya sastrawan modern. Sehingga penelitian mengenai sastra tidak hanya tentang puisi-puisi lama dan baru saja, melainkan meluas pada puisi modern juga.


Pelanggaran Kode Etik Guru



Sejak usia dini, kerap kali guru menanyakan cita-cita muridnya. Kemudian murid tersebut akan menjawab beberapa profesi umum seperti menjadi dokter, insinyur, astronot, guru, dosen, dan lainnya. Profesi dapat digunakan untuk mengungkapkan sebuah pekerjaan atau urusan tertentu yang menuntut persiapan yang relatif lama di pendidikan tinggi (kepada pengembannya) dalam liberal arts atau science, dan biasanya meliputi pekerjaan mental dan bukan pekerjaan manual, seperti mengajar, keinsinyuran, mengarang, dan sebagainya. Setiap profesi memiliki kode etik tertentu sebagai tata cara, pola aturan, dan pedoman etis yang harus dipatuhi sebagai seorang yang profesional. Kode etik guru adalah norma, nilai dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.
Salah satu kode etik seorang pengajar (guru) adalah guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama. Namun pada kenyataannya banyak sekali ditemui kasus pencabulan murid yang dilakukan oleh gurunya sendiri. Parahnya, kasus tersebut bahkan menimpa seorang murid yang masih duduk di sekolah dasar. Pertama, hal ini melanggar kode etik karena melanggar norma sosial, budaya, moral, dan agama. Kedua, guru tersebut juga merendahkan harga diri murid dengan cara memanfaatkan profesinya untuk hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan. Disebutkan dalam sebuah berita, bahwa murid yang menjadi korban perilaku tidak beretika tersebut mengalami trauma. Pelaku mungkin saja telah diberi hukuman, namun apakah efek jeranya akan sama seperti efek trauma yang dialami oleh korban?
Yang lebih mengerikan, di Indonesia, para pelaku masih mendapatkan perlindungan seperti kasus pelecehan seksual yang dialami oleh seorang mahasiswa. Hal itu sama sekali tidak sebanding dengan beban moral dan beban kejiwaan yang dialami oleh korban. Kejadian seperti ini terus berulang karena beberapa faktor, misalnya faktor internal. Pola pikir yang salah ini dikarenakan pendidikan seks kurang diperhatikan di Indonesia. Selain itu, kurangnya kesadaran pelaku akan hak-hak murid. Kemudian, tanggapan masyarakat Indonesia masih berputar-putar pada pola “salahkan pakaian korban” padahal kenyataannya banyak korban pelecehan seksual mengenakan pakaian yang sopan. Sekali lagi, hal ini membuat korban semakin tertekan. Belum lagi pihak penegak hukum yang masih menggunakan pertanyaan, “apakah ada dasar saling suka?”, yang menurut saya, sangat gila. Bagaimana mungkin seorang murid sekolah dasar menyukai dirinya dicabuli oleh seorang penjahat kelamin yang menyebut dirinya pahlawan tanpa tanda jasa?
Kasus-kasus seperti ini harus segera diberantas agar pendidikan di sekolah menjadi proses yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik. Seharusnya tidak ada lagi tempat mengajar untuk para pelaku, pelaku yang sudah tertangkap basah harus menerima konsekuensinya untuk tidak mengajar lagi. Karena guru yang seharusnya menjadi sosok yang digugu dan ditiru sudah tidak dapat mencerminkan perilaku yang baik.
Tidak seharusnya semangat anak-anak untuk mengenyam pendidikan patah karena kesalahan pendidiknya sendiri. Pelatihan untuk guru dan dosen mengenai kode etik ini rasanya perlu dikuatkan lagi agar hal-hal buruk seperti di atas tidak terulang kembali. Satu korban sama dengan hilangnya seribu cahaya bagi sebuah kehidupan. Pendidikan yang sesungguhnya bertujuan untuk membangun peradaban yang lebih baik, memajukan bangsa, dan meningkatkan kualitas manusia sebuah bangsa. Bukan sebaliknya.

Penipu Popok & Susu di Instagram

Saya ga mau panjang lebar, penipu tsb mengatasnamakan ULI ELISA dengan nomor rekening Bank BRI No.Rek: 0171-0101-4789-530. Nomor yg dipakai ...