Kau ajak diriku mendaki bukit-bukit yang ditumbuhi pepohonan dan bunga-bunga yang indah.
Kita duduk di bawah sebuah pohon besar dan berbagi kebahagiaan di sana.
Memulai berbagi cerita.
Memastikan agar setiap detik yang kita punya hari itu tidak terbuang sia-sia untuk mendengar hembusan angin sahaja.
Kita saling berbicara tentang kehidupan.
Masa depan.
Mengandai-andai bagaimana kita sepuluh tahun lagi.
Bercakap seolah hanya ada kita dan kebahagiaan dalam masing-masing dari kita.
Senyummu kala itu adalah bahagiaku.
Tawamu, bahagiaku.
Setiap tutur kata yang keluar dari mulutmu bagaikan sebuah mantera kebahagiaan, yang juga merupakan bahagiaku, setidaknya pada saat itu.
Sebelum kita berpisah.
Sebelum kita menyadari bahwa perjalanan kita kemarin hanyalah tentang bahagiaku saja, tidak dengan kau.
Dan setelah semuanya kau ungkapkan, perlahan aku mengerti.
Sebuah hubungan bukan tentang diriku saja.
Ada juga dirimu, yang dalam usahanya membahagiakanku dirimu malah tidak bahagia.
Dirimu, yang harusnya sudah kutau, bahagiamu bukanlah aku.
Terima kasih, kau akan selalu menjadi memori yang paling membahagiakan.
Tetaplah bahagia, untukmu yang sudah menemukan kebahagiaanmu.
(a.l)
Tangerang, 2016
No comments:
Post a Comment