Kali ini saya akan, ehem (batuk), mencoba menganalisis sebuah puisi karya seorang penyair ternama panutan banyak manusia. Sebenarnya saya tidak pandai dalam hal ini, tapi tidak ada salahnya mencoba, kan? (Bilang aja biar blognya ngga kosong kan???!)
Oke, mari kita simak dulu puisinya.
Batas
Karya M Aan Mansyur
Semua
perihal diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari
ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan
memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor
walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.
Bandara
dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang
menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan
laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat
dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.
Seorang
ayah membelah anak dari ibunya — dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di
antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi
dari tidur.
Apa
kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku
memilikimu sekali lagi.
Puisi di atas adalah salah satu puisi
karya laki-laki kelahiran Kabupaten Bone 36 tahun yang lalu. Sebenarnya kebanyakan
puisi karya Aan Mansyur memang lebih mirip dengan prosa jika dilihat dari
bentuk penulisannya. Namun, penyair lebih menekankan kepada pemilihan kata dan
lapis bunyi. Seperti yang terdapat di bait pertama "Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan
perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh
tempat di mana pernah ada kita”.
Puisi tersebut bertema percintaan. Puisi yang
digunakan dalam film Ada Apa dengan Cinta? 2 (AADC2) ini menggambarkan kisah
pemeran Cinta dan Rangga yang telah berpisah selama 14 tahun antara New York
dengan Jakarta. Aan Mansyur mendeskripsikan batas dengan kata "bandara dan
udara" yang memisahkan New York dengan Jakarta. Dua kata itu sudah akrab
bagi para pembaca puisinya yang juga menonton film AADC dari awal, karena pada
film AADC pertama berakhir dengan adegan perpisahan dua tokoh utama film
tersebut. Ketidakpastian dari tokoh Rangga akhirnya membuat Cinta memutuskan
untuk melupakannya. Namun setelah perasaan itu pergi, Rangga datang membawa
kembali perasaan ingin memiliki Cinta sekali lagi.
Tak hanya melulu tentang percintaan, puisi
ini juga sedikit menyinggung sosial politik. Pada larik "Seperti penjahat
dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang." dimana seseorang yang
sebenarnya 'baik' bisa menjadi 'penjahat' karena keterbatasan uang.
Sekian. Bila ada kekurangan (pasti ada), harap beri tahu saya di kolom komentar ya. T_T
Have a good day!